24 Jan 2017

#Day7: Tidak Apa-Apa

0

Terus kuatkanlah dirimu, kita adalah motivator terhebat didunia ini.

"Tulislah tulisan yang dapat membuatmu merasa kuat."

Tulisan? Tulisan yang bisa membuat saya merasa kuat? Saya pernah membaca dari sebuah artikel seorang sahabat blog saya bahwa "Menulis adalah terapi jiwa." Saya tidak tahu siapa yang awalnya mengatakan kalimat itu, tapi satu kalimat itu membuat hidup saya lebih mudah. Saya yang notabene pribadi yang suka uring-uringan, galau sendiri, suka baper, memegang kuat satu kalimat itu dalam pikiran saya. Awalnya saya menulis untuk menuangkan kegundahan saya, untuk memperbaiki mood saya, untuk menghilangkan semua kepekatan dalam jiwa saya. Lalu, setelahnya saat saya berhasil menuangkannya dalam sebuah tulisan saya membacanya, dan ajaibnya saya merasa lepas begitu saja. Mood saya yang acak-acakan bisa normal kembali. Saat hati saya patah, saya menulis lalu membuangnya. Saat saya berada di titik terbawah, saya menulis lalu menyimpannya. Saat saya merasa saya bukan apa-apa, saya menulis untuk membesarkan hati saya sendiri.


Jadi, semua tulisan saya selalu membuat saya merasa kuat. Saya yang mudah rapuh, bisa kembali bersemangat saat menulis lalu membacanya. Awalnya memang tulisan saya hanya berisi kegundahan-kegundahan tak berujung, puisi patah hati dan sejenisnya. Tapi saya sadar, diri sendiri adalah motivator terhebat dibandingkan motivator-motivator lainnya karena hanya diri sendiri lah yang lebih memahami jiwa sendiri. Untuk itu, saya menulis untuk memberi semangat bagi diri, untuk menetralkan jiwa saya yang terkadang teracuni oleh hiruk pikuk kata-kata yang bersemburat dimana-mana tak teratur.

'Tidak apa-apa, semua pasti akan baik-baik saja. Semua ada masanya sendiri, jadi tidak apa-apa wahai diri.' Sebuah kalimat yang selalu saya katakan untuk diri sendiri disaat saya terjatuh, disaat saya tersingkirkan, disaat semangat saya melorot, disaat semua tak seperti yang saya harapkan. "Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja." Awalnya saya melontarkan kalimat itu ketika hati saya remuk beberapa tahun yang lalu, saya terus merapal kalimat tersebut seakan-akan mantra bagi saya. Kalimat sederhana, dan ajaibnya membuat saya kuat.

Saya lagi-lagi melontarkan kalimat itu ketika harapan saya jatuh terkapar.

"Tidak apa-apa jika kamu membutuhkan lebih banyak waktu daripada teman-temanmu dalam melakukan sesuatu. Lebih banyak untuk menemukan pasangan yang bisa mengisi hatimu. Lebih banyak waktu untuk menuntaskan tugas akhir atau skripsi. Karena ini bukan soal siapa yang paling cepat. Ini soal siapa yang mau bertahan dalam keadan paling tak bersahabat."

Tulisan di atas saya baca dari sebuah artikel di hipwee. Saya pernah membacanya, lalu saya menyimpannya mengingat saya yang sering merapal kalimat "Tidak apa-apa." Saat saya berada di sebuah ruangan yang tidak saya sukai pun saya merapal kalimat itu "Tidak apa-apa, ini hanya sementara, sebentar lagi akan selesai." Atau saat saya sering dihantui dengan undangan pernikahan sahabat-sahabat saya, kembali saya merapal kalimat "Tidak apa-apa, akan ada masanya sendiri-sendiri." Ketika saya baru tamat S1 disaat umur saya yang seharusnya sudah tamat S2, saya merapal kalimat itu kembali "Tidak apa-apa, setiap orang punya kisah sendiri."

Tidak apa-apa meski dianggap sebagai pembenaran diri. Tidak apa-apa, setiap kisah ada masanya sendiri-sendiri. Tidak apa-apa wahai diri, mari kita saling menguatkan.

PS: tulisan ini diikutsertakan pada event #10Days Writing Challenge yang diadakan oleh Kampus Fiksi.

0 orang yang sudi mengomentari:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com