18 Jan 2017

#Day1 : Kekasih Yang Didambakan

0

Saya pernah sangat mendambakannya.

Saat saya membaca tulisan 'Kekasih yang Didambakan', entah kenapa mata saya berkaca-kaca, semua memori berkelebatan tak terarah. Tentang dia, tentang kamu, tentang saya, tentang semuanya. Saya pernah mendambakannya, sesosok lelaki yang tak patut diidam-idamkan. Bagaimana tidak? Saya yang mendambakannya sebegitu rupa, ternyata hanya sebuah persinggahan untuknya mereguk cinta yang menurutnya lebih indah. Dia yang saya dambakan, sesosok lelaki, tinggi, penuh cinta, perhatian, selalu membuat saya tersenyum. Ah, seperti kriteria yang saya dambakan, atau yang cocok mereka bilang sebagai tipe yang saya sukai.



Menyangkut kriteria, sebuah penilaian terhadap seseorang yang membuat saya suka. Lebih kesini, saya mengartikan sebagai sesuatu yang membuat jantung saya berdegup tak seperti biasanya, cenderung melihat sesosok lelaki yang tinggi. Apa ada alasan tertentu? Jika merunut dari tinggi saya, mungkin karena saya yang kurang tinggi (cenderung pendek) sehingga saya suka saja melihat orang-orang yang tinggi-tinggi itu, tak ada alasan lebih. Sama halnya dengan cinta, tanpa alasan, seperti yang gencar mereka ucapkan. Tapi mereka belum tahu bahwa cinta yang dimulai tanpa alasan pun akan berakhir juga tanpa alasan. Seperti dia, yang pernah saya dambakan tanpa alasan pun memilih pergi bersama insan lain tanpa alasan.

Saya lalu menyadari beberapa hal, bahwa kita saja bisa memberikan kriteria untuk kekasih yang didambakan, lalu bagaimana dengan Allah? Sudahkah kita termasuk dalam kriteria kekasih yang Allah dambakan? Sekali lagi mata saya berkaca-kaca, teringat lagi akan semua jalanan kerikil di belakang saya. Saya yang akhirnya membuang semua kriteria dalam bentuk fisik, lalu saya menjadi seorang yang sangat klasik. Memilih seorang lelaki yang seiman dengan saya, yang mau menyembah Allah tanpa perlu disuruh, yang mencintaiNya tanpa persyaratan apapun.

Saya bertemu kamu, tidak tinggi, pun tidak perhatian, tapi saya takjub dengan ibadahmu. Bukan hanya saya saja yang takjub, tapi kamu mampu menghipnotis orangtua saya dengan keindahan bertuturmu. Kamu selalu mengajak saya mencintaiNya lebih dan lebih, tak pernah alpa mengajak saya untuk selalu mengikuti setiap gerakan yang kamu lakukan di depan saya. Membuat saya akhirnya berani menguntai doa "Dialah kekasih yang saya dambakan." Namun seperti dia yang meninggalkan saya tanpa alasan, sekali lagi bukan kamu orangnya.

Kemudian saya kembali menyadari beberapa hal. Pertanyaan itu kembali berdebam dalam dada saya, "Sudahkah saya termasuk dalam kriteria kekasih yang Allah dambakan?" Mata saya tidak lagi berkaca-kaca, saya tersungkur, menangis hebat. Saya mulai menanggalkan semua kriteria yang saya cantolkan dalam nurani. Saya berserah diri, meski degup jantung masih tak normal ketika melihat lelaki tinggi, namun saya yakin Allah pastilah memilihkan yang terbaik bagi Hamba-Nya.

Jadi, bagaimana tipe kekasih yang saya dambakan? Dia haruslah masuk dalam kriteria kekasih yang Allah dambakan. Jangan tanya bagaimana? Jika dia sangat mencintai Allah, maka dia pasti akan berusaha melakoni kriteria-kriteria tersebut.

PS: tulisan ini diikutsertakan pada event #10Days Writing Challenge yang diadakan oleh Kampus Fiksi.

0 orang yang sudi mengomentari:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com