19 Dec 2015

Senyuman Itu

1

Bahkan hatiku telah patah sebelum aku jatuhkan

Lelaki itu berjalan lurus, menghampiri teman-temannya yang berkumpul di depan perpustakaan. Za memperhatikan, bahkan sejak lelaki itu baru tiba. Za terus memperhatikan, seluruh pandangannya tersedot oleh aura lelaki itu. Tampan, tidak hanya itu, ada sesuatu yang membuat Za tidak ingin melepaskan pandangannya. Ada sebuah perasaan yang ingin menyeruak pergi ke arah lelaki itu. Seakan-akan saat ini, detik ini, semuanya membeku dan hanya lelaki itu yang ada di dunianya.

*
Wahai lelaki yang ada disana,
Apa yang bisa membuatmu begitu sempurna?
Pandanganku terpaku pada auramu.
Magis apa yang ada dalam tubuhmu itu?
Hingga ketampananmu bisa mengalihkan duniaku,
Menyuruhku untuk segera menghampirimu.

Wahai lelaki berkacamata yang kini tengah tersenyum
Membuatku bertanya-tanya,
Apa yang kau dengar saat ini sayang?
Bisakah engkau membagikan senyum itu untukku, barang secuil.

Wahai lelaki yang punggungnya mengeluarkan cahaya.
Apakah engkau berasal dari bumi?
Atau dari galaksi luar bimasakti?
Maukah engkau mengajakku ke tempatmu?
Memperkenalkanku dengan hatimu?
Lalu membiarkanku menyentuh cahayamu itu.
*
"Dia sudah menikah"

Sret. Hatinya terasa perih. Sebuah kalimat serupa belati mengiris hatinya. Lihatlah, bahkan hatiku telah patah sebelum aku jatuhkan.

Za tersenyum. Suara-suara bising temannya kembali. Pandangan ramai di sekitarnya kembali. Dunianya kembali, tak lagi hanya terisi lelaki tadi. Lelaki itu masih tertawa bersama teman-temannya di depan perpustakaan. Ia menoleh, tatapannya bertumbukan dengan tatapan Za. Lelaki itu melempar senyuman, namun Za hanya terdiam, tak peduli.
***

Surabaya.
09/12/2015-13:35
"Terinspirasi dari percakapan di kampus bahwa lelaki yang sudah beristri itu terlihat semakin tampan. Entahlah."

1 comment:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com