9 Dec 2015

Curhat #2

0

Aku sudah terbiasa memeluk sepi, dan kamu datang dengan tawa, merusak sepiku.

Entahlah akan kau sebut apa Dia, pria atau wanita? Dia seorang ekstrovert sejati, selalu tertawa, dan semau-maunya. Apa yang dia inginkan, akan dia dapatkan. Apa yang dia tidak suka, akan dia tinggalkan. Begitulah dia.

Jangan terlalu dekat dengannya, karena aku yakin kamu akan begitu mudahnya tertular oleh tawanya. Untuk kemudian kamu akan merindukan tawa itu. Jangan terlalu akrab dengannya, karena suatu saat ketika dia tidak lagi menyukaimu maka dia akan begitu saja meninggalkanmu. Untuk kemudian hatimu remuk menjadi debu.

Aku? Tentu saja aku masih berada di sekitarnya. Terkadang mendekat, selebihnya menjauh. Terkadang ikut menemaninya tertawa, selebihnya menangis sendirian. Terkadang merindukannya, selebihnya memeluk diri sendiri.

Jika kamu menganggap ini hanya cinta bertepuk sebelah tangan, kamu salah. Jika kamu menganggap aku bodoh, silahkan. Bukankah orang yang hatinya sedang jatuh rela untuk disebut bodoh. Tapi aku yakin, dia tahu apa yang terjadi padaku. Jika kamu bertanya, apakah aku mencintainya? Tidak, aku tidak mencintainya. Aku menyukainya. Sudahlah, jangan lagi bertanya apa perbedaannya? Aku yakin, kamu punya pendapat sendiri tentang jawabanku, dan aku pun juga mempunyai pendapat sendiri. Bukankah aku ataupun kamu tidak bisa memaksakan pendapat pada masing-masing diri kita.

Dia. Entah akan kau sebut apa Dia. Aku menyukainya, tanpa debar di dada, tanpa degup di jantung. Aku menyukainya dengan kadar yang cukup.

*

Surabaya
09/12/2015-22:52

0 orang yang sudi mengomentari:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com